Bismillah.
Alhamdulillah, hari ini bisa hadir acara Temu Ilmiah Tahunan IDI. Seminar 2 hari tgl 7 ini dan besok.
Sedikit ingin mengikat ilmu pada blog sederhana ini.
Tentang Akut Abdomen.
Poin perhatian adalah Nyeri yg bersifat akut. Segala bentuk nyeri akut termasuk KET pun dimasukkan kategori akut abdomen. Sehingga pertimbangan pengecekan PP test pun, menjadi logis pada perempuan usia produktif. Dengan memperhatikan faktor-faktor lain yg mendukung tentunya..
Darm countur : bentukan usus pada dinding perut
Darm steifung : usus yang nampak bergerak pada dinding perut.
keduanya bisa mendukung diagnosa terjadinya ileus obstruksi.
Hilangnya pekak Hepar pada pemeriksaan fisik perkusi, adalah tanda penting telah terjadi perforasi organ berongga. Sehingga Ini perlu dievaluasi jg saat pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan lain yang sekirannya sedikit enggan dilakukan namun penting yakni RT (Rectal touche), perlu disingkirkan adanya Ca rektum.
Tentang Difteri
Diagnosis suspek difteri tidak tepat dalam klinis. Karena kesepakatan saat ini adalah Dx Probable Difteri (masih perlu pemeriksaan lanjutan) atau Difteri (sudah pasti). Yang bisa jadi clue adalah terdapat selaput kuning ke abu-abuan
pada kedua tonsil, palatum mole atau hidung. Demam subfebris. bermanifestasi menjadi edema laring yg menghambat saluran nafas.
Treatment :
Erytromisin 50 mg/kgBB/
hari dengan dosis terbagi 3 atau 4 dosis selama 10 hari.
Atau bisa menggunakan regimen Azytromisin utk membunuh kuman
C. Difteriae.
Sedangkan utk menghentikan Toxinnya diberikan ADS (Anti Diphteri Serum)
Pencegahan :
Melakukan kerjar imunisasi bagi anak-anak yg belum memperoleh imunisasi dasar DPT, dengan dosis vaksin sama dengan jadwal rekomendasi IDI. Jadi tidak ada perbedaan dosis karena berat badan anak. Selanjutnya pada usia remaja atau dewasa dpt memperoleh vaksin lanjutan Dt atau Td.
Program ORI adalah program imunisasi difteri yang dicanangkan pemerintah untuk usia anak sekolah. Karena difteri bersifat menular sehingga, perlu tatalaksana segera dan perawatan isolasi
Deteksi Dini problem gangguan Ginjal
Deteksi dini yang dilakukan tidak sebatas creatinin serum saja, karena pmx creatinin serum pada orang kurus bisa terjadi false positif. Karena Creatin otot yg diubah menjadi Creatinin. Pada kasus gangguan ginjal dimungkinkan terjadi proses reversible, jika yg terjadi gangguan sebatas fungsi ekskresi bukan perubahan struktur ginjal.
Kreatinin serum pada orang dengan usia yg berbeda (muda vs senior), memiliki makna klinis yang berbeda. Meskipun kadar serum creatinin pada nilai yg sama. Hal ini karena lebih menitik beratkan pada nilai GFR, yg bisa dihitung dg rumus salah satunya
CKD EPI.
Pada tahap paling ringan, gangguan ginjal ditandai dengan didapatkannya mikro-albuminuria. Secara patofis problem ini dikarenakan hilangnya muatan pada dinding glomerulus membrana basalis. Karena prinsipnya pada ginjal normal, terdapat gaya tolak menolak antar albumin dan glomerulus yg muatan sejenis, kendatipun ukuran albumin lebih kecil dari glomerulus.
Pemeriksaan ginjal banyak tidak sebatas creatinin saja : diantaranya ada watery clearence dan creatinin clerence. Sehingga problem ginjal pada window periode/jangka panjang memiliki risiko untuk terjadinya CKD.
Seputar AUB (Abnormal Uterine Bleeding)
Sudah menjadi hal wajar bagi wanita untuk datang berobat karena problem menstruasinya, bisa menstruasi banyak (menoragi), menstruasi tidak teratur "siklus memanjang" (metroragi), ataupun tidak menstruasi (amenorhea).
Pada semua wanita usia produktif sudah menjadi standard dilakukannya pemeriksaan penapisan PP test untuk setiap perdarahan abnormal. Setelah itu mengetahui riwayat penggunaan KB, lama penggunaan dan jenis KB yg digunakam menjadi hal penting. Tidak lupa jg untuk menanyakan adakah problem saat berhubungan seksual (pasutri), coital bleeding.
Ilustrasi pasien datang pertama kali dengan keluhan gangguan menstruasi, perlu dikelompokkan berdasarkan umur, dg batas <35 atau="" tahun="">35 tahun. Apakah pasien dalam rentang siklus premenarch, perimenopause, atau menopause. Untuk setiap wanita usia >35 thn dg perdarahan banyak dan siklus memanjang perlu disingkirkan adakah kemungkinan suatu Ca. Uteri atau tidak, dengan melakukan kuretase dan biopsi dinding rahim. Sebelum berpikir tentang kemungkinan lainnya.35>
Problem menstruasi yang banyak didapati pada praktek sehari-hari adalah kasus anovulatoar. Terjadinya gangguan menstruasi karena problem hormonal, yang disebabkan tidak terjadinya ovulasi.
Singkat ilustrasi seperti ini :
Pada saat sebelum mentruasi selalu didahului turunnya kandungan estrogen dan progesterone dalam darah. Seperti di ketahui progesterone sendiri adalah horman yg dilepaskan oleh korpus luteum, yg mana korpus luteum sendiri terbentuk setelah terjadi ovulasi (ovum dilepaskan pada ovarium).
Dengan sifat dasar estrogen yg menyebabkan penebalan dinding rahim, dan progesteron yg menyebabkan penipisan dinding rahim. Praktis ketika tidak ada ovulasi, sehingga pada akhir menjelang menstruasi terdapat kadar estrogen yang tinggi, tanpa disertai adanya progesteron. Sehingga dinding rahim akan menebal dan terjadilah hiperplasia endometrium.
Tatalaksana yg bisa dilakukan :
1. Pemberian NSAID (asam mefenamat) dengan mekanisme yg berhubungan dengan
Prostaglandin E2 (PGE2 ) aka. dinoproston.
2. Pemberian pil progesteron sintetik.
Bisa diberikan primolut (noerthisterone 5mg) 3x1 tablet selama 10 hari. Agar
terjadi peningkatan kadar hormon progesteron dalam tubuh dan terjadi
mekanisme penipisan dinding rahim.
Jika terjadi kasus metroragi, perlu dilakukan pengaturan pola siklus menstruasi
kembali dengan menunggu menstruasi berikutnya setelah pemberian obat selama
10 hari tersebut. Pemberian dilanjutkan dengan microgynon/ cyclogynon tablet
(Levonogestrel 150mcg + ethinyl estradiol 30mcg)/ pil KB kombinasi dimulai pada
menstruasi hari ke 3 selama 3 siklus. Obat diminum 1x1 hari teratur dalam kurun
waktu yg tepat.
ket : 1 siklus terhitung 21 tablet dg kandungan hormonal + 7 tablet placebo.
Dengan prinsip yang sama pula seseorang yg menghendaki tidak menstruasi
selama haji/ umroh. dapat diberikan tablet pil KB kombinasi/ microgynon 1x1
tablet yg diminum 1 minggu sebelum datang menstruasinya, dan dilanjutkan
selama umroh. Pertimbangkan pula rencana lamanya beribadah, untuk
menyesuaikan kebutuhan terapi.
3. Pemberian Asam traneksamat untuk efek yang lebih kuat dari NSAID.
Berikutnya untuk kasus PCO (Polikistik Ovarium)
Pada kasus PCO diketahui dapat mengganggu ovulasi.
Dapat dilakukan beberapa terapi baik dg perbaikan pola gaya hidup dan obat-obatan.
1. Pada wanita yang kelebihan berat badan/ overwight atau obes disarankan untuk
menurunkan berat badan sebanyak 10%, dengan olahraga 1 jam 3x seminggu
hingga berkeringat.
2. Karena pada PCO dimungkinkan terjadi hiperaldosteron, sehingga
pemberian tablet metformin diharapkan dapat menekan efek hiperaldosteron.
3. Tablet Clomifen Citrat 50 mg 1x1 tab, diberikan sebelum masa subur.
Menejemen Chest Pain
Ingat kembali lini terapi awal "Monaco"
Untuk kasus STEMI pemberian trombolitik streptokinase dirasa cukup mahal, sehingga masih dimungkinkan pemberian anticoagulan LMWH dengan perhatian khusus pada fungsi hemostasis (fungsi PT/aPTT)